Jakarta – Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mengijinkan terselenggaranya Kajian Spesial Masjid Daarut Tauhiid Jakarta dengan mengundang dr. Aisah Dahlan., CMHt., CM.NLP pada Senin, 16 Oktober 2023. Rangkaian kegiatan kajian dimulai pukul 8 pagi, namun jamaah sudah mulai ramai berdatangan sejak pukul 6 pagi.
DKM Daarut Tauhiid Jakarta selaku penyelenggara, menyediakan kupon makan yang dapat ditukarkan dengan nasi kotak setelah kajian selesai. Karena ketersediannya yang terbatas, tidak semua jamaah mendapatkan kupon makan, diprioritaskan bagi mereka yang datang lebih awal.
Sebelum dr. Aisah Dahlan hadir dan memulai kajian, jamaah sudah penuh memadati ruang utama masjid dan sebagian diarahkan ke lantai 3 untuk akhwat. Meski tidak banyak, ada pula jamaah ikhwan yang ikut hadir menyimak. Untuk jamaah ikhwan diberikan tempat di aula masjid untuk bisa menyimak melalui layar televisi yang sudah tersedia.
Sebagai pakar Hypnotherapist sekaligus praktisi Neuroparenting, dr. Aisah Dahlan pagi itu membahas tentang jiwa dari segi ilmu otak. Jiwa itu meliputi semua program yang ada di tubuh manusia.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. al-Syams [91]: 7-10).
Dalam ayat tersebut, dr. Aisah menjelaskan bahwa Allah telah sempurna menciptakan jiwa manusia. Dalam setiap jiwa manusia memiliki potensi untuk mengarahkan kepada kafasikan juga pada ketakwaan, atau lebih seringnya disebut kelebihan dan kelemahan.
Watak merupakan salah satu program jiwa, bagian kecil dari jiwa dan merupakan turunan genetik. Sebagaimana Al Qur’an menyampaikan.
قُلْ كُلٌّ يَّعْمَلُ عَلٰى شَاكِلَتِهٖۗ فَرَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ اَهْدٰى سَبِيْلً
Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al Isra [17]: 84)
Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan bahwa setiap orang sesuai dengan pembawaannya masing-masing yang berarti memiliki watak yang sudah dibawa sejak lahir. Dari situlah manusia meneliti lebih jauh tentang watak dan jenis-jenisnya. Namun, mempelajari watak bukan untuk sombong dengan mengenali atau menilai watak orang lain, karena sebagaimana disebutkan dalam akhir ayat tersebut bahwa Allah yang lebih mengetahui.
Salah satu tujuan mempelajari watak yakni agar dapat memperlakukan diri dan orang lain dengan sikap yang tepat dan terbaik sesuai dengan wataknya.
Watak itu memang bawaan lahir, namun bisa dipengaruhi oleh ilmu dan faktor lingkungan selama masa pertumbuhan. Watak dasar tidak bisa diubah tapi bisa dibentuk.
Terdapat 4 jenis pembagian watak yang dijelaskan dr. Aisah yakni phlegmathis (damai), melankolis (sempurna), koleris (mengatur), dan sanguinis (gembira). Pada kesempatan itu, beliau memaparkan ciri-ciri, kelebihan juga kelemahan dari tiap jenis watak tersebut. Selain itu juga tips bagi para orang tua untuk menghadapi watak anak pada tiap jenisnya.
Qodarullah, dr. Aisah Allah amanahkan lima orang anak dengan jenis watak yang berbeda-beda yang mewakili setiap jenis watak tersebut. Karenanya beliau bisa dengan luwes menerangkan kepada para jamaah yang didominasi kaum ibu, bagaimana contoh riil mendidik anak dengan jenis watak sesuai dengan kelebihan dan kelemahannya.
Pasca kajian, dr. Aisah memberi kesempatan sesi foto dan pemberian tanda tangan bagi yang memiliki buku karya beliau. Momen ini dimanfaatkan juga oleh para jamaah untuk konsultasi atau sekedar curhat secara langsung dengan dr. Aisah walau hanya dalam waktu yang singkat. (Iyiz)