Share

Belajar dari QS. Al Mulk Ayat 2: Mengapa Kematian Disebut Sebelum Kehidupan?

Allah berfirman dalam QS. Al Mulk ayat 2:

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

alladzî khalaqal-mauta wal-ḥayâta liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalâ, wa huwa al-‘azîzu al-ghafûr

“(Dialah Allah) yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.”

Menariknya, dalam ayat ini Allah mendahulukan penyebutan kematian sebelum kehidupan. Padahal secara logika manusia, kehidupan biasanya hadir lebih dulu, lalu kematian menyusul di akhir. Lalu, apa hikmah di balik urutan yang berbeda ini?

Pertama, kematian lebih dekat daripada kehidupan.
Setiap manusia memang sedang hidup, tetapi tak ada seorang pun yang bisa memastikan berapa lama. Kematian adalah kepastian yang senantiasa mengintai, lebih dekat bahkan daripada langkah kita berikutnya.

Kedua, kematian adalah sahabat terdekat.
Bukan dalam arti menakutkan, melainkan mengingatkan. Setiap tarikan napas adalah hitungan mundur menuju perjumpaan dengan Allah. Dengan cara ini, kita diajak untuk menjadikan kematian sebagai cermin: sudahkah amal kita hari ini cukup untuk dibawa pulang?

Ketiga, Allah ingin mengingatkan bahwa bekal utama bukan hanya untuk hidup, melainkan untuk mati.
Dunia sering kali membuat kita sibuk menyiapkan berbagai hal: pendidikan, pekerjaan, masa depan. Semua itu baik, tetapi jangan sampai melupakan persiapan terpenting: bekal ketika kematian datang menjemput. Sebab, di sanalah kehidupan sejati bermula.

Maka, urutan “al-maut” sebelum “al-hayah” adalah sebuah pesan yang penuh hikmah. Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan yang sesungguhnya. Semoga setiap kita senantiasa diberi kesadaran untuk memperbaiki amal, agar ketika saat itu tiba, kita pulang dalam keadaan terbaik di sisi-Nya.
[ATS]

X