Share

“Gen Z dan Krisis Mental: Pentingnya Mental yang Sehat dalam Perspektif Islam”

KLINIK DT – Sering kali kaum muda merasa kesulitan untuk berbagi cerita. Mereka menganggap bahwa dengan bercerita maka akan didengarkan. Namun, fakta yang sering didapat adalah banyak yang mengabaikan bahkan cenderung menyepelekan. Hal ini tentunya berdampak serius pada pola pikir dan keadaan mental dari diri mereka kedepannya.

Fakta Kesehatan Mental

(UNICEF) memaparkan sekitar >5.600 Gen Z usia 14 – 25 merasa kewalahan dengan berita/isu dari dunia saat ini. Pentingnya mengatur prioritas hidup berpengaruh besar pada porsi pikiran Gen Z. Mereka dihadapkan dengan kondisi world life crysis dimana terjadinya banyak ketimpangan di beragam sisi. 

Bahkan Forbes menyatakan sekitar 46% pekerja Gen Z merasa stres dan 44% nya merasa burnout. Pernyataan ini menunjukkan seberapa besar tanggungan Gen Z yang harus segera mendapat solusi. Bagaimana caranya agar tetap kuat di tengah guncangan badai lingkungan dan badai perasaan?

Menurut WHO, burnout ialah kondisi dimana seseorang merasa lelah baik dari segi emosional, fisik, maupun mental karena stres berkelanjutan dan tekanan pikiran dari lingkungan. Jika kondisi ini terus-menerus terjadi, bisa-bisa Gen Z kehilangan identitasnya dan tidak bisa lagi produktif. 

Tanda-Tanda yang Sering Muncul Pada Gen Z 

Lalu bagaimana caranya mengenali kondisi mental seseorang? Berikut beberapa tanda yang sering muncul pada Gen Z

Pertama, sering merasa lelah tanpa sebab. Seseorang merasa sulit mengelola pikiran yang bercabang, sehingga mudah lelah saat fokus pada satu hal.

Kedua, sering menunda tugas. Kelelahan yang bertumpuk dan ilmu yang kurang untuk mengatasi permasalahan yang ada, menjadi alasan Gen Z untuk mengabaikan berbagai tanggung jawab. Mungkin, awalnya hanya satu yang tertinggal. Tetapi justru dari satu akan berdampak ke hal lainnya.

Ketiga, mudah terbawa emosi. Emosi yang baik adalah yang masih dalam tahap kontrol diri. Tidak terlalu berlebihan baik itu marah, sedih, ataupun bahagia. Hanya saja, jika mental sudah terganggu maka dampak utamanya adalah emosi yang tidak stabil.

Penyebab Utama

Kondisi mental yang buruk pada Gen Z saat ini berhubungan erat dengan kebiasaan sehari-hari yang biasa dihabiskan pada media sosial. Pemakaian secara berkala saja sebenarnya sudah menambah dampak overthinking pada mayoritas Gen Z. Apalagi jika digunakan overtime dari yang seharusnya, maka timbul beragam tekanan digital. Mudah merasa cemas  dan membutuhkan interaksi nyata karena meskipun terhubung secara digital, pada kenyataannya mereka kesepian.

Hubungan Mental dan keaktifan diri

Bentuk pencegahan dini yang diperlukan dalam kondisi seperti ini ialah dengan menyeimbangkan keaktifan diri di dunia maya dan dunia nyata. Gen Z harus mampu menata dan mengatur prioritas urusan setiap harinya. Sebab, keaktifan diri dan kesehatan mental berjalan lurus saling berhubungan. Sebuah data menyebutkan 53% Gen Z mendukung adanya pendidikan kesehatan mental masuk dalam kurikulum sekolah sebagai bentuk sosialisasi mendasar.

Cara Menjaga Mental yang Baik dalam Islam

Sebagai umat muslim, tentunya Al-Quran sudah dengan jelas menyebutkan beberapa ayat yang menjadi landasan untuk memperbaiki dan menghadapi berbagai persoalan dalam hidup. 

Pertama, dengan senantiasa memperbanyak mikir menjadi dzikir. Dzikir dapat menenangkan pikiran dan mendekatkan diri pada kebaikan. Contohnya, dzikir setelah sholat dan setiap saat.

QS. Ar-Ra’d: 28

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ۝٢٨

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.

Kedua, menyerahkan segala urusan kembali kepada Allah yang mengetahui segalanya.

QS. Al-Ahzab: 3

وَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ۝٣

“Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara”

Ketiga, meminta pertolongan kepada Allah. Sebab, kekuatan dan kemampuan diri datangnya dari Allah.

QS. Al-Baqarah: 45

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ ۝٤٥

“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”

Keempat, memperbanyak syukur agar tidak menjadi kufur. Nikmat Allah yang banyak tidak sebanding dengan ujian yang datang karena perbuatan diri sendiri.

QS. Ibrahim: 7

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

Kesimpulan

Mulailah dari satu langkah kecil: kurangi waktu di media sosial, perbanyak dan harga interaksi nyata, serta fokus mendekatkan diri kepada Allah. Pahami prioritas hidup, maka satu langkah ini mampu

X