Share

Ibadah Haji: Dering Panggilan Hati Menuju Baitullah

KBIHU — Haji dalam Islam berarti “menyengaja” atau “menuju ke suatu tempat yang mulia.”
Dalam istilah syariat, haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah yang dilakukan pada waktu tertentu dengan tata cara yang telah ditetapkan.

Fokus Menunaikan Ibadah

Haji merupakan ritual ibadah khusus yang dilaksanakan dengan niat ikhlas lillahi ta’ala, mengikuti tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wassalam, serta diiringi dengan menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak seharusnya.
Ibadah haji tidak hanya membutuhkan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan spiritual. Jamaah diajak melaksanakannya dengan penuh khidmat dan menjauhkan diri dari maksiat.

Dalam rangkaian ibadah haji terdapat aturan dan tata tertib yang perlu diikuti. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an tentang pentingnya menjaga kesucian ibadah haji:

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa yang menetapkan niat dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (ucapan kotor), tidak boleh berbuat fasik, dan tidak boleh berbantah-bantahan dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya…”
(QS. Al-Baqarah: 197)

Beberapa hal yang perlu dijaga selama ibadah haji antara lain:

  • Menjaga lisan dari kata-kata kotor.
  • Menjaga diri dari maksiat.
  • Menghindari pertengkaran.
  • Memperbanyak kebaikan.

Fenomena Haji Saat Ini

Sayangnya, ibadah haji pada masa kini sering kali menjadi ajang bagi sebagian orang untuk memamerkan harta yang dimilikinya.
Alih-alih fokus beribadah dengan khusyuk dan mendalami makna kedekatan diri di tanah suci, ada yang justru sibuk menonjolkan sisi duniawi: memperlihatkan tangisan saat berdoa, berbelanja berlebihan, hingga berbuat maksiat dengan dalih agama.

Padahal Allah telah berfirman dalam (QS. Al-Baqarah: 197):

“Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…”

Artinya, ibadah haji bukan sekadar membawa bekal materi, melainkan bekal takwa.
Wujud takwa yang sejati adalah menjalankan ibadah dengan sepenuh hati, berdoa memohon ampunan, serta mendoakan orang lain agar mendapat kebaikan.
Berada di hadapan Ka’bah adalah momen terdekat antara seorang hamba dengan Tuhannya — saat di mana bisikan hati pun didengar dan dibalas oleh Allah dengan kasih-Nya.

Hakikat Haji yang Suci

Kemuliaan haji yang dirasakan seorang hamba tentu menimbulkan kebahagiaan. Namun, rasa bahagia ini terkadang disalahartikan ketika membagikan cerita kepada orang lain.
Misalnya, membuat konten perjalanan haji atau membahas keuntungan yang diperoleh selama beribadah. Meskipun bisa jadi tujuannya baik, namun tidak semua yang melihat akan menafsirkan dengan cara yang sama.

Sebab, ibadah haji adalah panggilan istimewa yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang dikehendaki dan dimampukan.
Boleh saja berbagi pengalaman haji, tetapi sebaiknya diniatkan untuk memberi inspirasi, bukan untuk pamer. Karena sejatinya, haji adalah rahasia indah antara seorang hamba dengan Allah.

Keutamaan Haji

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…”
(QS. Ali Imran: 97)

Banyak umat Islam berharap agar Allah memampukan mereka menunaikan ibadah haji.
Khususnya kalangan muda yang sering kali mendambakan keutamaan haji, yaitu terkabulnya setiap doa yang dipanjatkan. Namun, terkadang niat mereka masih bercampur dengan urusan duniawi, bukan semata karena Allah.

Semoga Allah memilih kita termasuk hamba-hamba-Nya yang diberi kemampuan untuk berhaji.
Persiapkanlah diri sebaik mungkin, dan berusahalah menjadi pribadi yang Allah cintai.
Bekali diri dengan takwa demi meraih ridha Allah Ta’ala.

Baarakallahu fiikum
(Irwina)

X