Jakarta – Siapa yang tak kenal dan mengagumi sosok mulia Rasulullahﷺ? Muslimah mana yang tak mau memiliki suami manusia terbaik tersebut? Namun ternyata cinta Rasulullah pernah ditolak oleh seorang wanita bahkan tak hanya satu kali.
Kajian Muslimah di Masjid Daarut Tauhiid Jakarta bersama Ustadzah Erika pada Sabtu (25/02) lalu mengangkat tema siroh tentang kisah Fakhitah binti Abi Thalib atau yang dikenal dengan Ummu Hani. Ia adalah sosok wanita yang menjadi cinta pertama Rasulullah sekaligus yang menolak cinta Rasulullah.
Ummu Hani adalah anak dari Paman Rasulullah Abi Thalib dan kakak dari Ali bin Abi Thalib, maka ia adalah sepupu Rasulullah ﷺ. Sebelum menjadi seorang Rasul, Nabi Muhammad ﷺ pernah meminang Ummu Hani melalui Ayahnya yang sekailgus merupakan paman Rasulullah ﷺ. Namun pinangan Rasul saat itu ditolak secara halus oleh Abi Thalib. Meksipun pamannya itu sangat menyayangi Rasulullah, namun ia merasa tidak bisa memberikan putrinya kepada Rasul saat itu. Ia menyatakan bahwa putrinya tersebut telah dilamar oleh seorang laki-laki yang baik budinya bernama Hubayroh. Hubayroh merupakan putra saudara ibu Abu Thalib dari Bani Makhzum.
Adakalanya yang baik dan kita sukai belum tentu yang terbaik menurut Allah, maka tidak bertemu sebagai jodoh. Bahkan cinta pertama Rasulullah pun tertolak karena Allah mempersiapkan jodoh yang terbaik untuknya. Bisa jadi kita mencintai yang bukan jodoh karena memang bukan takdir yang terbaik.
Allah gantikan cinta pertama Rasul dengan cinta sejatinya Khadijah radhiyallahu anha. Jodoh itu adalah yang bersatu di surga bukan di dunia. Sebagaimana kisah Asyiah dan Maryam yang menjadi jodoh Rasulullah di surga walaupun belum pernah bertemu di dunia. Begitupula Nabi Nuh dan Nabi luth dengan istrinya masing-masing yang durhaka, tidak akan bertemu di surga karena mereka bukan jodoh sejati.
Setelah Ummu Hani menjadi muslimah dan berpisah dari suaminya yang tidak ikut masuk Islam, Rasulullah masih menaruh hati padanya dan mencoba meminangnya kembali. Namun Ummu Hani menolak pinangan Rasulullah tersebut.
Ummu Hani menolah pinangan Rasulullah bukan karena tidak cinta tapi karena ia tahu batasan dirinya. Ia dapat mengukur kemampuannya, jika ia menerima pinangan Rasulullah ia tidak akan sanggup mengemban semua amanah sebagai ibu dari anak-anaknya dan istri dari seorang Rasul. Ia paham bahwa hak seorang suami sangatlah besar apalagi jika suaminya seorang Rasul.
Bukan berarti Ummu Hani menyerah sebelum berperang, tapi ia tahu kapasitas diri sehingga tidak dzalim dengan amanhnya. Banyak orang yang memaksakan diri mengemban amanah diluar batas kemampuannya sehingga membuatnya gagal memikul amanah dengan baik.
Meskipun cintanya tertolak, tapi Rasulullah tetap menjalin hubungan baik dan bersikap lembut kepada Ummu Hani dan keluarganya. (DKM DT Jakarta)